Psikologi Konseling
1.1 Pengertian Konseling
Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang ermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh Frank Parsons
di tahun 1908
saat ia melakukan konseling karier.
1.2
Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
a. Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling adalah
upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
b. Menurut Jones (1951)
Konseling adalah
kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan
pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia
diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling
harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan
masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
c. Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
2.1 Konseling Sebagai Proses
psikologis
Konseling
sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses
yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan
bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan
cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara
berkelanjutan.
Konseling
merupakan proses psikologis karena didalam proses konseling terdapat
pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan psikologis, sehingga tidak heran
didalam konseling terdapat hal-hal yang bersifat psikologis.
2.2
Persamaan
dan Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
Persamaan
Baik konseling maupun psikoterapi
sama-sama menjadikan manusia sebagai objek atau sama-sama menangani/membantu
manusia.
Perbedaan
Kalau konseling pada umumnya melakukan pencegahan trhadap suatu
masalah, sedangakan psikologi pada melakukan penyembuhan setelah bermasalah.
3 Konseling Sebagai Peroses Memperoleh
Pengalaman Baru
Kosnseling pada hakikatnya membantu
menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klian
menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaikai keadaan klien
menjadi kembali kekeadaan noarmail atau baik kembali sehingga didalam proses
konseling klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru.
Ada lima macam penganglaman baru
yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses koneling :
a. Mengenali
konflik-konflik internal
Konseling
membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya
sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan
karena situasi di luar dirinya.
b. Menghadapi
realitas
Banyak
orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampu menghadapi
realitas. Sehingga mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya.
c. Memulai
usatu hubungan baru
Dengan
adanya konseling, konseling akan memberikan peluang kepada klien untuk
memperoleh hubungan baru yang mungkin belum pernah diperoleh sebelumnya. Dalam
konseling ini klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaina wawancara
konseling.
d. Meningkatkan
kebebasan psikologis
Banyak
orang yang menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat
kekurangan bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya
merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, karena merasa tidak
bebas untuk menyatakan perasaan tertentu.
e. Memperbaiki
konsepsi-konsepsiyang keliru
Untuk dapat bebuat secara tepat,
orang harus mampu mewujudkan perilaku yang didasarkan atas konsepsi secara
benar. Akan tetapi orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunya secara
keliru. Makadalam proses konseling inilah semua konsepsi-konsepsi ini akan
diluruskan.
4. Karakteristik Konselor
a. Keperibadian
konselor
Ada
beberapa keperibadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang harus dimiliki
seorang konselor untuk keperibadianya yaitu :
1) Memiliki
keperibadian yang kuat
2) Bersifat
menerima seseorang sebagaimana adanya
3) Empati
4) Jaminan
emosional
5) Menghindari
nasihat-nasihat
6) Memiliki
ilmu jiwa dalau atau pun psikologi dan psikoterapi
b. Kualitas
konselor
Beberapa
hal yang harus dimiliki konselor untuk menentukan kualitas konselor yaitu :
1)
Pengetahuan mengenai
diri sendiri
2)
Kompetensi
3)
Kesihatan psikologis
yang baik
4)
Dapat dipercaya
5)
Kejujuran
6)
Kekuatan atau daya
7)
Kehangatan pendengar
yang aktif
8)
Kesabaran
9)
Kebebasan
10) Kepekaan
11) Kesadaran
5 Karakteristik
Klien
Kepribadian klien ikut berperan
menentukan keberhasilan proses konseling, aspek kepribadian meliputi emosi,
sikap, intelektual, motivasi dll. Kecemasan klien akan tampak dihadapan
konselor, oleh sebab itu konselor yang efektif akan mengeksplorasi perasaan-perasaan
tersebut dan adanya keterbukaan.
Ada
beberapa karakter klien :
a. Klien
Suka Rela
1) Hadir atas kehendak sendiri
2) Segera dapat menyesuaikan diri
dengan konselor
3) Mudah terbuka, seperti segera
mengatakan persoalan
4) Sungguh-sungguh mengikuti proses konseling
5) Berusaha meengemukakan sesuatu
dengan jelas
6) Sikap bersahabat mengarapkan bantuan
7) bersedia mengungkap rahasia walaupun
menyakitkan
b. Klien
Terpaksa
1) Besifat tertutup
2) Enggan berbicara
3) Curiga terhadap konselor
4) Kurang bersahabat
5) menolak secara halus bantuan
konselor
c. Klien Enggan
1) Menyadarkan akan kekeliruannya
2) Memberi kesempatan agar dia
dibimbing orang lain atau mencari lawan bicara yang lain.
d. Klien
Bermusuhan / Menentang
1) Tertutup
2) Menentang
3) Bermusuhan
4) Menolak secara terbuka.
e. Klien
Krisis
1) Tertutup, atau menutup diri dengan
dunia luar
2) Amat emosional, tidak berdaya,
bahkan histeri
3) Kurang mampu berpikir rasional
4) tidak mampu mengurus diri dan
keluarga
5) membutuhkan orang yang amat
dipercayai
6.
Aspek Kognetif dalam Konseling
Konetif
dalam konseling untuk menunjukkan bahwa konselor harus
membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang
salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin
lebih bahagia dan sukses dengan cara memperbaiki
asumsi-asumsi klien yang salah. Konselor lebih, memberi nasehat langsung dengan polaa pikir rasional-irasoonal, sugesti yang benar dan
sikap ketergantungan pada orang lain.
Dalam
menghadapi klien yang memiliki asumsi-asumsi yang salah, seorang konselor harus
bias memperhatikan yaitu :
a.
konselor
harus ekstra sabar
b.
konselor
tidak menimbulkan reaksi yang tidak membantu
c.
konselor
harus hati-hati dan mempunyai bukti yang cukup untuk memastikan kalau asumsi
itu benar-benar salah (validitas)
d.
konselor
harus mampu membuka pikiran klien agar mampu memperbaiki asumsi-asumsi yang
salah tersebut
e.
konselor
harus mampu membuktikan kalau asumsi itu salah
7.
Aspek
Emosi dalam Konseling
Kata
"emosi" diturunkan dari kata bahasa
Perancis, émotion, dari émouvoir,
'kegembiraan' dari bahasa
Latin emovere, yang berate
'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada
suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia
akan merasa marah.
Emosi adalah suatu genjala psikologis yang
menimbulkan efek pada persepsi sikap dan tingkah laku serta menimbulkan
ekspresi tertentu.
Orang yang dalam keadaan emosi akan
menimbulkan beberapa reaksi seperti :
a. Sakit
hati
Rasa
sakit hati ini adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara
psikologis yang mengakibatkan gangguan mental.
b. Takut
Ada empat rasa
takut yang dibawa klien dalam proses konseling yaitu :
1) Takut
terhadap keberatan
2) Takut
terhadap penolakan
3) Takut
terhadap kegagalan
4) Takut
terhadap kebahagian
c. Marah
Rasa
marah bias disebabkan beberapa hal seperti karena terjadi ketika ada halangan
ketika ingin memperoleh pemuasan suatu hubungan
d. Rasa
bersalah
Ada tiga macam
rasa bersalah yaitu:
1) Rasa
bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku yang
bertentangan dengan konsepsi dirinya.
2) Rasa
bersalah social, yang terjadi apabila dirasakan bertentangan dengan
aturan-aturan social.
3) Rasa
bersalah religi, yang terjadi karena bertentangan dengan kaidah-kaidah agama
8.
Aspek
Motivasi Dalam Konseling
Motivasi adalah proses
yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya Tiga elemen utama
dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Pada
siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan belajar
tersebut berasal dari beberapa sumber dan siswa belajar karena di beri dorongan
oleh kekuatan mental. Sehingga para ahli psikologi menggolong motivasi sebagai
kekuatan mental yang mendorong siswa belajar.
Jenis-jenis
motivasi yaitu :
1)
Motivasi primer
Motivasi
primer ialah motivasi yang berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
2)
Motivasi skunder
Manusia
adalah makhluk social, perilakunya terpengaruh oleh tiga komponen penting yaitu
afektif, kognetif, dan konatif.
Prinsip-prinsip
motivasi :
1) Prinsip
kompetisi
Yaitu
memberikan motivasi untuk mengikuti kompetisi yang secaara sehat yang dimulai
dari pribadinya.
2) Prinsip
pemacu
Prinsip
pemacu ini yaitu dorongan untuk melakukan berbagai tindakan.
3) Prinsip
ganjaran dan hukum
Memberikan
ganjaran, karena dengan adanya ganjaran seseorang akan termotivasi untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dari kesalahan yang telah dilakukan.
4) Prinsip
kedekatan tujuan
Dengan
mengetahui tujuan yang jelas maka akan mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan.
9.
Aspek
Budaya Dalam Konseling
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan
juga menentukan dalam proses konseling, karena setiap budaya memiliki cara
hidup yang berbeda, baik dari segi bahasa maupun yang lain. Sehingga seorang
konselor harus bias mengerti atau mengetahui budaya klien yang dihadapinya agar
proses konseling bias berjalan secara efektif.