Makalah Psikologi Konseling

Thursday 3 May 2012
Psikologi Konseling

1.1 Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang ermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier.
1.2 Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
a.  Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
b.  Menurut Jones (1951)
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
c.  Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

2.1  Konseling Sebagai Proses psikologis
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
Konseling merupakan proses psikologis karena didalam proses konseling terdapat pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan psikologis, sehingga tidak heran didalam konseling terdapat hal-hal yang bersifat psikologis.

2.2  Persamaan dan Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
Persamaan
      Baik konseling maupun psikoterapi sama-sama menjadikan manusia sebagai objek atau sama-sama menangani/membantu manusia.

Perbedaan
      Kalau konseling pada umumnya melakukan pencegahan trhadap suatu masalah, sedangakan psikologi pada melakukan penyembuhan setelah bermasalah.


3    Konseling Sebagai Peroses Memperoleh Pengalaman Baru
Kosnseling pada hakikatnya membantu menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klian menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaikai keadaan klien menjadi kembali kekeadaan noarmail atau baik kembali sehingga didalam proses konseling klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru.
Ada lima macam penganglaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses koneling :
a.       Mengenali konflik-konflik internal
Konseling membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya.

b.      Menghadapi realitas
Banyak orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampu menghadapi realitas. Sehingga mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya.

c.       Memulai usatu hubungan baru
Dengan adanya konseling, konseling akan memberikan peluang kepada klien untuk memperoleh hubungan baru yang mungkin belum pernah diperoleh sebelumnya. Dalam konseling ini klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaina wawancara konseling.

d.      Meningkatkan kebebasan psikologis
Banyak orang yang menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat kekurangan bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, karena merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu.

e.       Memperbaiki konsepsi-konsepsiyang keliru
Untuk dapat bebuat secara tepat, orang harus mampu mewujudkan perilaku yang didasarkan atas konsepsi secara benar. Akan tetapi orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunya secara keliru. Makadalam proses konseling inilah semua konsepsi-konsepsi ini akan diluruskan.

4.   Karakteristik Konselor
a.       Keperibadian konselor
Ada beberapa keperibadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang harus dimiliki seorang konselor untuk keperibadianya yaitu :
1)   Memiliki keperibadian yang kuat
2)   Bersifat menerima seseorang sebagaimana adanya
3)   Empati
4)   Jaminan emosional
5)   Menghindari nasihat-nasihat
6)   Memiliki ilmu jiwa dalau atau pun psikologi dan psikoterapi

b.      Kualitas konselor
Beberapa hal yang harus dimiliki konselor untuk menentukan kualitas konselor yaitu :
1)        Pengetahuan mengenai diri sendiri
2)        Kompetensi
3)        Kesihatan psikologis yang baik
4)        Dapat dipercaya
5)        Kejujuran
6)        Kekuatan atau daya
7)        Kehangatan pendengar yang aktif
8)        Kesabaran
9)        Kebebasan
10)    Kepekaan
11)    Kesadaran

5     Karakteristik Klien
Kepribadian klien ikut berperan menentukan keberhasilan proses konseling, aspek kepribadian meliputi emosi, sikap, intelektual, motivasi dll. Kecemasan klien akan tampak dihadapan konselor, oleh sebab itu konselor yang efektif akan mengeksplorasi perasaan-perasaan tersebut dan adanya keterbukaan.
Ada beberapa karakter klien :
a. Klien Suka Rela
1)      Hadir atas kehendak sendiri
2)      Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor
3)      Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalan
4)      Sungguh-sungguh mengikuti proses konseling
5)      Berusaha meengemukakan sesuatu dengan jelas
6)      Sikap bersahabat mengarapkan bantuan
7)      bersedia mengungkap rahasia walaupun menyakitkan
b. Klien Terpaksa
1)      Besifat tertutup
2)      Enggan berbicara
3)      Curiga terhadap konselor
4)      Kurang bersahabat
5)      menolak secara halus bantuan konselor

c.  Klien Enggan
1)      Menyadarkan akan kekeliruannya
2)      Memberi kesempatan agar dia dibimbing orang lain atau mencari lawan bicara yang lain.

d. Klien Bermusuhan / Menentang
1)      Tertutup
2)      Menentang
3)      Bermusuhan
4)      Menolak secara terbuka.

e. Klien Krisis
1)      Tertutup, atau menutup diri dengan dunia luar
2)      Amat emosional, tidak berdaya, bahkan histeri
3)      Kurang mampu berpikir rasional
4)      tidak mampu mengurus diri dan keluarga
5)      membutuhkan orang yang amat dipercayai

6.   Aspek Kognetif dalam Konseling
Konetif dalam konseling untuk menunjukkan bahwa konselor harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses dengan cara memperbaiki asumsi-asumsi klien yang salah. Konselor lebih, memberi nasehat langsung dengan polaa pikir rasional-irasoonal, sugesti yang benar dan sikap ketergantungan pada orang lain.
Dalam menghadapi klien yang memiliki asumsi-asumsi yang salah, seorang konselor harus bias memperhatikan yaitu :
a.       konselor harus ekstra sabar
b.      konselor tidak menimbulkan reaksi yang tidak membantu
c.       konselor harus hati-hati dan mempunyai bukti yang cukup untuk memastikan kalau asumsi itu benar-benar salah (validitas)
d.      konselor harus mampu membuka pikiran klien agar mampu memperbaiki asumsi-asumsi yang salah tersebut
e.       konselor harus mampu membuktikan kalau asumsi itu salah


7.      Aspek Emosi dalam Konseling
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, yang berate 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.
 Emosi adalah suatu genjala psikologis yang menimbulkan efek pada persepsi sikap dan tingkah laku serta menimbulkan ekspresi tertentu.
Orang yang dalam keadaan emosi akan menimbulkan beberapa reaksi seperti :
a.       Sakit hati
Rasa sakit hati ini adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara psikologis yang mengakibatkan gangguan mental.

b.      Takut
Ada empat rasa takut yang dibawa klien dalam proses konseling yaitu :
1)      Takut terhadap keberatan
2)      Takut terhadap penolakan
3)      Takut terhadap kegagalan
4)      Takut terhadap kebahagian

c.       Marah
Rasa marah bias disebabkan beberapa hal seperti karena terjadi ketika ada halangan ketika ingin memperoleh pemuasan suatu hubungan

d.      Rasa bersalah
Ada tiga macam rasa bersalah yaitu:
1)     Rasa bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku yang bertentangan dengan konsepsi dirinya.
2)     Rasa bersalah social, yang terjadi apabila dirasakan bertentangan dengan aturan-aturan social.
3)     Rasa bersalah religi, yang terjadi karena bertentangan dengan kaidah-kaidah agama

8.      Aspek Motivasi Dalam Konseling
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Pada siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan belajar tersebut berasal dari beberapa sumber dan siswa belajar karena di beri dorongan oleh kekuatan mental. Sehingga para ahli psikologi menggolong motivasi sebagai kekuatan mental yang mendorong siswa belajar.
Jenis-jenis motivasi yaitu :
1)        Motivasi primer
Motivasi primer ialah motivasi yang berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.

2)        Motivasi skunder
Manusia adalah makhluk social, perilakunya terpengaruh oleh tiga komponen penting yaitu afektif, kognetif, dan konatif.
     Prinsip-prinsip motivasi :
1)      Prinsip kompetisi
Yaitu memberikan motivasi untuk mengikuti kompetisi yang secaara sehat yang dimulai dari pribadinya.

2)      Prinsip pemacu
Prinsip pemacu ini yaitu dorongan untuk melakukan berbagai tindakan.

3)      Prinsip ganjaran dan hukum
Memberikan ganjaran, karena dengan adanya ganjaran seseorang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari kesalahan yang telah dilakukan.

4)      Prinsip kedekatan tujuan
Dengan mengetahui tujuan yang jelas maka akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

9.      Aspek Budaya Dalam Konseling
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan juga menentukan dalam proses konseling, karena setiap budaya memiliki cara hidup yang berbeda, baik dari segi bahasa maupun yang lain. Sehingga seorang konselor harus bias mengerti atau mengetahui budaya klien yang dihadapinya agar proses konseling bias berjalan secara efektif.