ALLAH
SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA MENURUT PERSPEKTIF
AL-QUR’AN
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara
tentang Allah? Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya.
Bukankah kita sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah
cukup? Ketahuilah, perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk
menambah dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap
pencipta kita, Allah SWT.
Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk mengenal
Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan
kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam
Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.
Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah
sebagai Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan
Ilah. Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna
pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling
dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.
Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan
memahami Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah
sebagai Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya konsekuensi pengabdian
melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya
yang paling dicintai, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penguasa diri, dan sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala
bagi kita untuk memahami Allah secara menyeluruh.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan allah
sebagai rabb alam semesta menurut
al-qur-an ?
b.
Mengapa allah disebut sebagai
rabb alam semesta menurut al-qur-an ?
c.
Bagaimana proses allah
menciptakan alam semesta menurut al-qur’an ?
3.
Tujuan Pembahasan
a.
Untuk mengetahui allah sebagai
rabb alam semesta
b.
Untuk mengetahui mengapa allah disebust
sebagai pencipta alam semesta.
c.
Untuk mengetahui bagaimana
proses allah menciptakan alam semesta.
B.
PENGERTIAN ALLAH SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA
Makna
ar-Rabb secara bahasa
Ibnu
Faris berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama:
memperbaiki dan mengurus sesuatu. Maka ar-Rabb berarti yang menguasai, menciptakan
dan memiliki, juga berarti yang memperbaiki/mengurus sesuatu.(1)
Ibnul Atsir berkata,
“Kata ar-Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina,
pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa
digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Ta’ala (semata), dan
kalau digunakan untuk selain-Nya maka (harus) digandengkan (dengan kata lain),
misalnya: rabbu kadza (pemilik sesuatu ini).(2)
(1)
Madarijus Salikin, I, hal. 68.
(2)Ibid
hal, 68
C.
BUKTI ALLAH SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA
Keyakinan tentang Allah sebagai satu-satunya pencipta,
satu-satunya penguasa, satu-satunya pemberi rezeki dan satu-satunya pengatur
alam semesta adalah keyakinan yang benar dan tidak ada keraguan tentangnya.
Untuk memperkuat keyakinan, dapatdibuktikan dengan
dalil-dalil dari firman allah yaitu:
Dalil
pertama, Allah ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”
(QS. Yunus [10]: 31)
Dalil
kedua, firman Allah ta’ala,
“Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?”
(QS. az-Zukhruf [43]: 87)
Dalil
ketiga, firman Allah ta’ala,
“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada
mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air
itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah:
“Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).”
(QS. al-’Ankabut [29]: 63)
Dalil keempat, firman Allah ta’ala,
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a)
orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah
disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).”
(QS. an-Naml [27]: 62)
Dari ayat-ayat di atas, terlihat jelas bahwa keyakinan tentang
Allah sebagai pencipta, pemberi rizki, pengatur alam semesta, yang menghidupkan
dan mematikan juga merupakan keyakinan orang-orang musyrik. Jadi sungguh keliru
jika ada yang memahami bahwa orang musyrik tidak mengenal Allah.
D.
PROSES ALLAH MENCIPTAKAN ALAM
SEMESTA
Proses penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an sering menggunakan
istilah sittati ayyam atau ”enam hari”. Istilah ini antara lain
terdapat pada surat [7]:54, [10]:3, [11]:7, [25]:59, [32]:4, dan [50]:38.
Selain ayat-ayat tersebut, ada juga beberapa ayat yang berkaitan dengan
penciptaan alam semesta seperti dalam surat [41]:9, 10, 12 dan [79]:27-33.
Untuk memahami makna sittati ayyam dalam konteks penciptaan
alam semesta, masing-masing ayat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara
terpisah. Para mufassir meyakini bahwa sebagian ayat Al-Qur’an menafsirkan
sebagian yang lain (Al-Qur’anu yufassiru ba’dluhu ba’dlan). Sehingga
istilah sittati ayyam harus ditafsirkan dengan melihat ayat-ayat lain
yang terkait penciptaan alam semesta.
Akan tetapi, jika kita membandingkan ayat-ayat tersebut, akan
terlihat sebuah permasalahan dalam Surat Fushshilat ayat 9, 10, dan 12. Dalam
ayat 9 disebutkan: ”….yang menciptakan Bumi dalam dua masa……”; kemudian dalam
ayat 10: ”…..menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa….”; dan ayat 12: ”maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…….”.
Jika masa-masa dalam ketiga ayat tersebut dijumlahkan, maka
jumlahnya menjadi 8 masa, bukan 6 masa (sittati ayyam) seperti yang
disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Apakah hal ini berarti ada kontradiksi
dalam Al-Qur’an? Tentu tidak akan ada mufassir yang beranggapan demikian.
Sebagian mufassir kemudian mencoba menafsirkan rangkaian ayat tersebut
sebagai berikut. Mula-mula Bumi diciptakan selama dua masa (surat [41]:9).
Setelah itu, diciptakan pula isinya selama dua masa.
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an/
Jadi, istilah ”empat masa” dalam surat [41]:10 sebenarnya memasukkan
dua masa penciptaan Bumi dalam ayat sebelumnya. Dilanjutkan dengan penciptaan
langit selama dua masa (surat [41]:12), maka jumlah keseluruhannya ialah enam,
bukan delapan masa.
Dalam ketiga ayat tersebut di atas, terdapat tiga istilah yang agak
berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata sebagai ”penciptaan”. Pertama, khalaqa
pada surat [41]:9 yang bermakna ”menciptakan dari bahan yang belum ada
sebelumnya”. Kedua, ja’ala dalam surat [41]:10, yang bermakna
”menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru”.
Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat
[41]:12). Istilah ini bermakna ”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla
(”menetapkan”) dalam ayat [41]:12 terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…”
Jika ditilik dari urutan pembahasan ketiga ayat tersebut, maka
”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan.
Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka ”menetapkan” di sini
tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang ”selesai” bukanlah fisik
langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah,
alam semesta terus menerus berproses.
Hal lain yang menarik ditinjau adalah kata sittati ayyam
dalam Al-Qur’an selalu diawali oleh kata fii yang menunjukkan suatu
proses yang kontinyu, tanpa ada jeda. Berdasarkan ini dan uraian mengenai
ketiga istilah sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta
terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari
ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan
hukum-hukum alam.
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an
E.
PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT HADIS
Selain Al-Qur’an, sejumlah hadits juga mengabarkan penciptaan alam
semesta. Salah satunya adalah hadits At-Thabari nomor 17.971 yang terdapat
dalam Shahih Muslim. Berbeda dengan Al-Qur’an, hadits ini menjelaskan bahwa
alam semesta tercipta dalam 7 hari.
Menurut hadits tersebut, Allah SWT menciptakan tanah pada hari
Sabtu. Lalu, menciptakan gunung pada hari Ahad dan pepohonan di hari Senin.
Kemudian menciptakan hal-hal negatif pada hari Selasa, cahaya di hari Rabu, dan
mengembangbiakkan ciptaannya pada hari Kamis. Terakhir, Allah menciptakan Adam
pada hari Jum’at ba’da Ashar.
Hadits lain menyebutkan bahwa Allah SWT memulai penciptaan Bumi pada
hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan selesai hari Jum’at (6 hari). Asumsi
yang digunakan ialah 1 hari dalam hadits ini sama dengan 1000 tahun.
Kita harus ingat bahwa penyebutan angka tidak mesti bermakna eksak.
Misalnya saja angka 7 dalam bahasa Arab menunjukkan jumlah yang banyak, kaki
seribu yang berarti berkaki banyak, dan 1001 malam untuk menggambarkan
banyaknya kisah di Negeri Persia.
Dalam tafsir lama maupun modern, belum ada penjelasan rinci tentang sittati
ayyam. Istilah ini diterima secara imani saja, bukan sebagai sebuah
isyarat ilmiah. Meskipun demikian, bukan berarti penafsiran ilmiah tidak
diperlukan. Tafsiran ilmiah apapun atas sittati ayyam dapat diterima
asalkan tidak bertentangan dengan tafsiran ayat lain.
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan ayat-ayat
al-qur’an diatas juga telah membuktikan allah lah yang menciptakan alam semesta
yang kita lihat sekarang ini. Dengan demikian akan dapat menambah keyakinan
kita terhadap allah yang telah menciptakan alam semesta ini.
Saran
Setelah dibuktikan dengan ayat-ayat al-qur’an dan beberapa hadis
diatas, diharapkan dapat menambah keyakinan kita sebagai umat islam yang mana
allah lah yang menciptakan alam semesta ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Madarijus
Salikin
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an