Makalah Allah sebagai Rabb Alam Semesta menurut Perspektif Al-Qur’an

Thursday 3 May 2012

ALLAH SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara tentang Allah? Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya. Bukankah kita sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup? Ketahuilah, perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk menambah dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap pencipta kita, Allah SWT. 
Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk mengenal Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.
Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah sebagai Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah. Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.
Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan memahami Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah sebagai Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya konsekuensi pengabdian melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri, dan sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk memahami Allah secara menyeluruh.
2.        Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan allah sebagai rabb alam semesta menurut     al-qur-an ?
b.      Mengapa allah disebut sebagai rabb alam semesta menurut al-qur-an ?
c.       Bagaimana proses allah menciptakan alam semesta menurut al-qur’an ?

3.        Tujuan Pembahasan
a.       Untuk mengetahui allah sebagai rabb alam semesta
b.      Untuk mengetahui mengapa allah disebust sebagai pencipta alam semesta.
c.       Untuk mengetahui bagaimana proses allah menciptakan alam semesta.

B.       PENGERTIAN ALLAH SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA
Makna ar-Rabb secara bahasa
Ibnu Faris berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama: memperbaiki dan mengurus sesuatu. Maka ar-Rabb berarti yang menguasai, menciptakan dan memiliki, juga berarti yang memperbaiki/mengurus sesuatu.(1)
Ibnul Atsir berkata, “Kata ar-Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Ta’ala (semata), dan kalau digunakan untuk selain-Nya maka (harus) digandengkan (dengan kata lain), misalnya: rabbu kadza (pemilik sesuatu ini).(2)
 

(1) Madarijus Salikin, I, hal. 68.
(2)Ibid hal, 68
C.      BUKTI ALLAH SEBAGAI RABB ALAM SEMESTA
Keyakinan tentang Allah sebagai satu-satunya pencipta, satu-satunya penguasa, satu-satunya pemberi rezeki dan satu-satunya pengatur alam semesta adalah keyakinan yang benar dan tidak ada keraguan tentangnya.
Untuk memperkuat keyakinan, dapatdibuktikan dengan dalil-dalil dari firman allah yaitu:

Dalil pertama, Allah ta’ala berfirman,
 “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”
(QS. Yunus [10]: 31)

Dalil kedua, firman Allah ta’ala,
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?”
(QS. az-Zukhruf [43]: 87)


Dalil ketiga, firman Allah ta’ala,
 “Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).”
(QS. al-’Ankabut [29]: 63)


Dalil keempat, firman Allah ta’ala,
 “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).”
(QS. an-Naml [27]: 62)

Dari ayat-ayat di atas, terlihat jelas bahwa keyakinan tentang Allah sebagai pencipta, pemberi rizki, pengatur alam semesta, yang menghidupkan dan mematikan juga merupakan keyakinan orang-orang musyrik. Jadi sungguh keliru jika ada yang memahami bahwa orang musyrik tidak mengenal Allah.

 

D.      PROSES ALLAH MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA
Proses penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an sering menggunakan istilah sittati ayyam atau ”enam hari”. Istilah ini antara lain terdapat pada surat [7]:54, [10]:3, [11]:7, [25]:59, [32]:4, dan [50]:38. Selain ayat-ayat tersebut, ada juga beberapa ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta seperti dalam surat [41]:9, 10, 12 dan [79]:27-33.
Untuk memahami makna sittati ayyam dalam konteks penciptaan alam semesta, masing-masing ayat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara terpisah. Para mufassir meyakini bahwa sebagian ayat Al-Qur’an menafsirkan sebagian yang lain (Al-Qur’anu yufassiru ba’dluhu ba’dlan). Sehingga istilah sittati ayyam harus ditafsirkan dengan melihat ayat-ayat lain yang terkait penciptaan alam semesta.
Akan tetapi, jika kita membandingkan ayat-ayat tersebut, akan terlihat sebuah permasalahan dalam Surat Fushshilat ayat 9, 10, dan 12. Dalam ayat 9 disebutkan: ”….yang menciptakan Bumi dalam dua masa……”; kemudian dalam ayat 10: ”…..menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa….”; dan ayat 12: ”maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…….”.
Jika masa-masa dalam ketiga ayat tersebut dijumlahkan, maka jumlahnya menjadi 8 masa, bukan 6 masa (sittati ayyam) seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Apakah hal ini berarti ada kontradiksi dalam Al-Qur’an? Tentu tidak akan ada mufassir yang beranggapan demikian.
Sebagian mufassir kemudian mencoba menafsirkan rangkaian ayat tersebut sebagai berikut. Mula-mula Bumi diciptakan selama dua masa (surat [41]:9). Setelah itu, diciptakan pula isinya selama dua masa.
 

http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an/
Jadi, istilah ”empat masa” dalam surat [41]:10 sebenarnya memasukkan dua masa penciptaan Bumi dalam ayat sebelumnya. Dilanjutkan dengan penciptaan langit selama dua masa (surat [41]:12), maka jumlah keseluruhannya ialah enam, bukan delapan masa.
Dalam ketiga ayat tersebut di atas, terdapat tiga istilah yang agak berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata sebagai ”penciptaan”. Pertama, khalaqa pada surat [41]:9 yang bermakna ”menciptakan dari bahan yang belum ada sebelumnya”. Kedua, ja’ala dalam surat [41]:10, yang bermakna ”menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru”. Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat [41]:12). Istilah ini bermakna ”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla (”menetapkan”) dalam ayat [41]:12 terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…”
Jika ditilik dari urutan pembahasan ketiga ayat tersebut, maka ”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka ”menetapkan” di sini tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang ”selesai” bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Hal lain yang menarik ditinjau adalah kata sittati ayyam dalam Al-Qur’an selalu diawali oleh kata fii yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa ada jeda. Berdasarkan ini dan uraian mengenai ketiga istilah sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.


 
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an
E.       PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT HADIS
Selain Al-Qur’an, sejumlah hadits juga mengabarkan penciptaan alam semesta. Salah satunya adalah hadits At-Thabari nomor 17.971 yang terdapat dalam Shahih Muslim. Berbeda dengan Al-Qur’an, hadits ini menjelaskan bahwa alam semesta tercipta dalam 7 hari.
Menurut hadits tersebut, Allah SWT menciptakan tanah pada hari Sabtu. Lalu, menciptakan gunung pada hari Ahad dan pepohonan di hari Senin. Kemudian menciptakan hal-hal negatif pada hari Selasa, cahaya di hari Rabu, dan mengembangbiakkan ciptaannya pada hari Kamis. Terakhir, Allah menciptakan Adam pada hari Jum’at ba’da Ashar.
Hadits lain menyebutkan bahwa Allah SWT memulai penciptaan Bumi pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan selesai hari Jum’at (6 hari). Asumsi yang digunakan ialah 1 hari dalam hadits ini sama dengan 1000 tahun.
Kita harus ingat bahwa penyebutan angka tidak mesti bermakna eksak. Misalnya saja angka 7 dalam bahasa Arab menunjukkan jumlah yang banyak, kaki seribu yang berarti berkaki banyak, dan 1001 malam untuk menggambarkan banyaknya kisah di Negeri Persia.
Dalam tafsir lama maupun modern, belum ada penjelasan rinci tentang sittati ayyam. Istilah ini diterima secara imani saja, bukan sebagai sebuah isyarat ilmiah. Meskipun demikian, bukan berarti penafsiran ilmiah tidak diperlukan. Tafsiran ilmiah apapun atas sittati ayyam dapat diterima asalkan tidak bertentangan dengan tafsiran ayat lain.



 
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an
PENUTUP

Kesimpulan
            Dengan ayat-ayat al-qur’an diatas juga telah membuktikan allah lah yang menciptakan alam semesta yang kita lihat sekarang ini. Dengan demikian akan dapat menambah keyakinan kita terhadap allah yang telah menciptakan alam semesta ini.

Saran
Setelah dibuktikan dengan ayat-ayat al-qur’an dan beberapa hadis diatas, diharapkan dapat menambah keyakinan kita sebagai umat islam yang mana allah lah yang menciptakan alam semesta ini.










                              

DAFTAR PUSTAKA


Madarijus Salikin
http://supriyanto2koma.wordpress.com/2009/07/07/%E2%80%9Cenam-hari%E2%80%9D-penciptaan-alam-semesta-dalam-al-qur%E2%80%99an