Makalah Perkembangan Sains Modern

Thursday 3 May 2012
PERKEMBANGAN SAINS MODERN
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Sains bermula dari sifat keingintahuan manusia terhadap hakikat segala sesuatu. Pada mulanya sifat dasar manusia yang selalu ingin tahu itu dideskripsikan melalui mitos, namun seiring berjalannya waktu, kemampuan analisa, abstraksi, dan logika manusia mengalami perkembangan secara perlahan-lahan. Seorang intelektual tidak dapat terpuaskan dengan mitos, yang menganggap air hujan adalah air mata dewa atau gempa bumi adalah langkah kaki para dewa.
Perkembangan sains modern ditandai oleh kebangkitan kembali sains dari dogma-dogma. Tokoh-tokohnya diantaranya adalah Tycho Brahe menekuni bidang astronomi dengan membuat alat-alat untuk melihat benda-benda angkasa. Sains modern telah memunculkan pola pikir yang pada akhirnya sebagai anti-tesa sains Abad Pertengahan dan telah membentuk pola pikir tersendiri, yaitu rasionalisme dan empirisme.
B.     Rumusan Masalah.
1.      Bagaimana Perkembangan Sains Modern ?
2.      Bagaimana Bentuk Sains modern yang bercorak Positivisme ?
3.      Apa kelemahan Sains Modern ?
4.      Apa kelebihan Sains Modern  ?
5.      Bagaimana Metode Ilmiah Sains Modern ?

C.     Batasan Masalah
Berhubungan dengan keterbatasan ilmu dan sumber bacaan penulis, sehingga makalah ini hanya mampu membahas secara ringkas tentang perkembangan sains modern.
D.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui perkembangan sains modern.
2.      Untuk mengetahui bentuk sains modern yang bercorak Positivisme
3.      Untuk mengetahui kelemahan sains modern
4.      Untuk mengetahui kelebihan sains modern.
5.      Untuk mengetahui metode ilmiah sains modern

E.      Manfaat Penulisan
1.      Untuk menambah pengetahuan penulis tentang perkembangan perkembangan sains modern.
2.      Untuk menjadi salah satu sumber bagi pembaca yang ingin mengetahui perkembangan sains modern.



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Perkembangan Sains Modern
Perkembangan sains sejak abad ke-18 relatif berlangsung dengan cepat yang ditandai oleh penemuan-penemuan serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli ilmuan dalam berbagai bidang ilmu yang dilandasai oleh eksperimen yang mereka yakini kebenarannya disamping itu perkembangan sains tersebut juga ditandai oleh makin banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan baru yang merupakan produk hasil-hasil penemuan yang makin mendalam. Untuk mewadahi berbagai macam sains yang mengalami perkembangan dengan cepat tersebut digunakan istilah sains modern. Oleh karena banyaknya cabang ilmu pngetahuan yang berkembang dari abad ke abad, tentu tidak akan mungkin menguraikan atau membahas perkembangannya satu per satu. Pada abad ke-20 berbagai penemuan dalam bidang teknologi sempat mengubah peri kehidupan masyarakat dengan adanya berbagai produk teknologi yang makin canggih. Produk teknologi yang demikian ini sangat mendukung perkembangan sains selanjutnya. Salah satunya ialah Tycho Brahe yang menekuni bidang astronomi dengan membuat alat-alat untuk melihat benda-benda angkasa.
Mesti dipahami bahwa sains modern lahir dari semacam pemberontakan (revolusi ilmiah) terhadap dogma-dogma sebelumnya. Hal ini berawal dari ketidakpuasan terhadap metafisika tradisional yang dianggap tidak dapat menjawab berbagai kebutuhan dan tuntutan hidup manusia. Oleh karenanya, reaksi yang muncul dalam gerakan sains modern adalah kecenderungan untuk meninggalkan metafisika, dan beralih kepada pendewasaan rasio. Yang kemudian melahirkan filsafat dan sains modern. Seiring dengan terlemparnya metafisika dari ranah pengetahuan, telah membuat kendali rasio berkuasa mutlak. Karena rasio tersebut menolak berbagai kenyataan metafisik, maka terjadilah reduksi realitas dalam lapangan sains modern. Realitas yang diakui hanya satu macam, yaitu realitasempiris. Sains modern, seperti yang kita kenal saat ini, dapat berkembang berkat adanya kemampuan eksperimentasi. Eksperimentasi adalah percobaan ilmiah untuk mengungkap fenomena alam semesta dengan metode tertentu. Fenomena ini dapat dijadikan sebagai alat untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum tentang mekanisme kerja alam semest

B.     Sains Modern Dengan Corak Positivisme
Sains modern semakin mempertegas posisinya dalam gerakan positivisme abad 19. Istilah positivisme diperkenalkan oleh Augusto Comte . “Positif” berarti teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati. Dengan kata lain, positif sama dengan faktual, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme menetapkan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Oleh karena itu, konsekuensinya, metafisika harus ditolak.
Selanjutnya, fakta dimengerti sebagai fenomena yang dapat diobservasi, maka positivisme selalu terkait dengan empirisme. Yang dianggap pengetahuan sejati adalah pengalaman yang bersifat lahiriah, dan yang bisa diuji secara inderawi, oleh karena itu, positivisme adalah empirisme yang diradikalkan.
Kelemahan Sains Modern Dengan Corak Positivisme cenderung melihat susunan alam semesta secara tidak utuh. Hal-hal yang diterima hanyalah yang dapat diserap oleh panca indera berdasarkan pengalaman. Selanjutnya, untuk menentukan berbagai hubungan sebab akibat dari fenomena yang diamati tersebut, baru digunakan akal.
Sebagai contoh, tebu terasa manis, kita dapat mengetahuinya melalui panca indera kita, dalam hal ini pengecapan. Untuk mengetahui mengapa tebu terasa manis, manusia menggunakan akalnya dengan berbagai cara, sehingga manusia berhasil mendeteksi adanya molekul glukosa dalam buah tebu. Karena molekul glukosa terasa manis, maka sudah pasti itulah sebabnya mengapa buah tebu terasa manis. Apabila manusia ingin mengetahui lebih jauh tentang mengapa molekul glukosa (dalam hal ini gula) terasa manis, maka ia akan menelusurinya dengan berbagai alat dan perlengkapan yang dibuatnya. Anggap saja ia dapat mengetahui struktur molekul glukosa, namun ia tetap tidak akan mampu mengungkap hubungan antara struktur yang dihasilkan dengan rasa yang dihasilkan. Dengan kata lain, Sains Modern Dengan Corak Positivisme tidak mampu mengungkap hukum yang berada di balik fenomena alam pada tingkatan lebih kecil dari molekul. Disinilah batas Sains Modern Dengan Corak Positivisme.

C.     Kelemahan Sains Modern
Sains modern pada awalnya adalah hasil pemberontakan terhadap otoritas teologi atau dogma-dogma dan ditambah kecenderungan rasio semata, sehungga perkembangannya hingga saat ini berjalan dengan hanya dua aspek, yaitu teoretis dan efisiensi tanpa memikirkan aspek keagamaan sebagai patron dari segi etika atau nilai-nilai keagamaan.

D.     Kelebihan Sains Modern
Dengan aspek teoreti, perkembangan ilmu teori bisa berkembang pesat teknologi-taknologi yang bisa kita rasakan sekarang ini, dan dengan aspek efisiensi, pengaplikasian tekonologi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai aktivitas kehidupan menjadi semakin praktis.

E.      Metode Ilmiah Sains Modern
Sains modern memiliki cara tersendiri sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan yang benar, cara itu disebut metode ilmiah. Metode ilmiah, tidak lain adalah cara menghubungkan kejadian-kejadian secara sistematis. Unsur pertama berupa pengamatan, yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah, dan akan berakhir dengan pengamatan pula. Oleh karena itu, permulaan dan akhir ini hanya merupakan pembagian yang besifat nisbi.
Apabila kalangan rasionalis mengutamakan akal dalam memperoleh pengetahuan, dan kaum empiris mengandalkan pengalaman, maka seorang ilmuwan modern mengkompromikan penggunaan akal dan pengalaman dengan suatu dugaan ilmiah yang disebut hipotesis. Bila didapatkan suatu masalah (dari pengamatan), maka akan diajukan suatu penyelesaian sementara yang dinamakan hipotesis. Dalam menemukan suatu hipotesa, kegiatan akal bergerak keluar dari pengalaman, mencari suatu bentuk, untuk didalamnya disusun fakta-fakta yang telah diketahui dalam suatu kerangka tertentu. Metode penalaran ini, yang begerak dari suatu perangkat khusus, ke arah semua pengamatan yang sama jenisnya, disebut induksi.
Karena hipotesis bersifat sementara, maka ia memerlukan verifikasi. Bahan bukti untuk memverfikasi hipotesis berasal dari dua arah: yang pertama, bahan keterangan harus cocok dengan hipotesis, dan yang kedua, hipotesis harus meramalkan bahan keterangan yang dapat diamati, yang memang demikian keadaannya. Proses pertama dinamakan kalkulasi (diperoleh dengan pengetahuan statistik) dan proses yang kedua dinamakan prediksi (dilakukan dengan deduksi).
Jika pengamtan-pengamatan menunjukkan hasil sesuai dangan yang diramalkan hipotesis, maka hipotesis tersebut mendapat dukungan. Sifat yang penting dari metode ini ialah, metode ini memerlukan persyaratan sederhana yang berupa probabilitas, bukannya kebenaran mutlak, karena pengamatan berikutnya mungkin sama sekali tidak sesuai dengan hipotesis tersebut. Bila suatu hipotesis dikukuhkan kebenarannya oleh contoh-contoh yang banyak jumlahnya, maka hipotesis tersebut dapat menjadi hukum.



BAB III
PENUTUP


Perkembangan sains modern ditandai oleh kebangkitan kembali sains dari dogma-dogma dan karena rasa selalu ingin tahu itu dideskripsikan melalui mitos, namun seiring berjalannya waktu, kemampuan analisa, abstraksi, dan logika manusia mengalami perkembangan secara perlahan-lahan. Seorang intelektual tidak dapat terpuaskan dengan mitos, yang menganggap air hujan adalah air mata dewa atau gempa bumi adalah langkah kaki para dewa.
Dengan adanya sains modern perkembangan ilmu teori bisa berkembang pesat teknologi-taknologi yang bisa kita rasakan sekarang ini, dan dengan aspek serta pengaplikasian tekonologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai aktivitas kehidupan menjadi semakin praktis.





DAFTAR PUSTAKA


F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme Dan Moderenitas, Diskursus Folosofis Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Moderenitas, Kanisius, Yogyakarta : 2003.
Herdono Darmadjo, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Penerbit: Karunika Universitas Terbuka, Jakarta: 1986