PERKEMBANGAN SAINS MODERN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sains bermula dari sifat
keingintahuan manusia terhadap hakikat segala sesuatu. Pada mulanya sifat dasar
manusia yang selalu ingin tahu itu dideskripsikan melalui mitos, namun seiring
berjalannya waktu, kemampuan analisa, abstraksi, dan logika manusia mengalami
perkembangan secara perlahan-lahan. Seorang intelektual tidak dapat terpuaskan
dengan mitos, yang menganggap air hujan adalah air mata dewa atau gempa bumi
adalah langkah kaki para dewa.
Perkembangan sains modern ditandai oleh kebangkitan kembali sains
dari dogma-dogma. Tokoh-tokohnya diantaranya adalah Tycho Brahe menekuni bidang
astronomi dengan membuat alat-alat untuk melihat benda-benda angkasa. Sains
modern telah memunculkan pola pikir yang pada akhirnya sebagai anti-tesa sains
Abad Pertengahan dan telah membentuk pola pikir tersendiri, yaitu rasionalisme
dan empirisme.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana Perkembangan Sains Modern ?
2. Bagaimana Bentuk Sains modern yang bercorak
Positivisme ?
3. Apa kelemahan Sains Modern ?
4. Apa kelebihan Sains Modern ?
5. Bagaimana Metode Ilmiah Sains Modern ?
C. Batasan Masalah
Berhubungan dengan
keterbatasan ilmu dan sumber bacaan penulis, sehingga makalah ini hanya mampu
membahas secara ringkas tentang perkembangan sains modern.
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan sains modern.
2. Untuk mengetahui bentuk sains modern yang
bercorak Positivisme
3. Untuk mengetahui kelemahan sains modern
4. Untuk mengetahui kelebihan sains modern.
5. Untuk mengetahui metode ilmiah sains modern
E. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang
perkembangan perkembangan sains modern.
2. Untuk menjadi salah satu sumber bagi pembaca
yang ingin mengetahui perkembangan sains modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Sains Modern
Perkembangan sains sejak abad ke-18 relatif berlangsung dengan cepat yang ditandai oleh
penemuan-penemuan serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli ilmuan
dalam berbagai bidang ilmu yang dilandasai oleh eksperimen yang mereka yakini
kebenarannya disamping itu perkembangan sains tersebut juga ditandai oleh makin
banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan baru yang merupakan produk hasil-hasil
penemuan yang makin mendalam. Untuk mewadahi berbagai macam sains yang
mengalami perkembangan dengan cepat tersebut digunakan istilah sains modern.
Oleh karena banyaknya cabang ilmu pngetahuan yang
berkembang dari abad ke abad, tentu tidak akan mungkin menguraikan atau
membahas perkembangannya satu per satu. Pada abad ke-20 berbagai penemuan dalam
bidang teknologi sempat mengubah peri kehidupan masyarakat dengan adanya
berbagai produk teknologi yang makin canggih. Produk teknologi yang demikian
ini sangat mendukung perkembangan sains selanjutnya. Salah satunya
ialah Tycho
Brahe yang menekuni bidang astronomi dengan membuat alat-alat untuk melihat
benda-benda angkasa.
Mesti dipahami bahwa sains
modern lahir dari semacam pemberontakan (revolusi ilmiah) terhadap dogma-dogma
sebelumnya. Hal ini berawal dari ketidakpuasan terhadap
metafisika tradisional yang dianggap tidak dapat menjawab berbagai kebutuhan
dan tuntutan hidup manusia. Oleh karenanya, reaksi yang muncul dalam gerakan
sains modern adalah kecenderungan untuk meninggalkan metafisika, dan beralih
kepada pendewasaan rasio. Yang kemudian melahirkan filsafat dan sains modern.
Seiring dengan terlemparnya metafisika dari ranah pengetahuan, telah membuat
kendali rasio berkuasa mutlak. Karena rasio tersebut menolak berbagai kenyataan
metafisik, maka terjadilah reduksi realitas dalam lapangan sains modern.
Realitas yang diakui hanya satu macam, yaitu realitasempiris. Sains modern,
seperti yang kita kenal saat ini, dapat berkembang berkat adanya kemampuan
eksperimentasi. Eksperimentasi adalah percobaan ilmiah untuk mengungkap
fenomena alam semesta dengan metode tertentu. Fenomena ini dapat dijadikan
sebagai alat untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum tentang mekanisme
kerja alam semest
B.
Sains Modern Dengan Corak
Positivisme
Sains modern semakin
mempertegas posisinya dalam gerakan positivisme abad 19. Istilah positivisme
diperkenalkan oleh Augusto Comte . “Positif” berarti teori yang bertujuan untuk
penyusunan fakta-fakta yang teramati. Dengan kata lain, positif sama dengan
faktual, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme
menetapkan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Oleh karena
itu, konsekuensinya, metafisika harus ditolak.
Selanjutnya, fakta
dimengerti sebagai fenomena yang dapat diobservasi, maka positivisme selalu
terkait dengan empirisme. Yang dianggap pengetahuan sejati adalah pengalaman
yang bersifat lahiriah, dan yang bisa diuji secara inderawi, oleh karena itu,
positivisme adalah empirisme yang diradikalkan.
Kelemahan Sains Modern Dengan Corak Positivisme cenderung melihat susunan alam semesta secara tidak utuh. Hal-hal yang
diterima hanyalah yang dapat diserap oleh panca indera berdasarkan pengalaman.
Selanjutnya, untuk menentukan berbagai hubungan sebab akibat dari fenomena yang
diamati tersebut, baru digunakan akal.
Sebagai contoh, tebu terasa manis, kita dapat mengetahuinya melalui panca
indera kita, dalam hal ini pengecapan. Untuk mengetahui mengapa tebu terasa
manis, manusia menggunakan akalnya dengan berbagai cara, sehingga manusia
berhasil mendeteksi adanya molekul glukosa dalam buah tebu. Karena molekul
glukosa terasa manis, maka sudah pasti itulah sebabnya mengapa buah tebu terasa
manis. Apabila manusia ingin mengetahui lebih jauh tentang mengapa molekul
glukosa (dalam hal ini gula) terasa manis, maka ia akan menelusurinya dengan
berbagai alat dan perlengkapan yang dibuatnya. Anggap saja ia dapat mengetahui
struktur molekul glukosa, namun ia tetap tidak akan mampu mengungkap hubungan
antara struktur yang dihasilkan dengan rasa yang dihasilkan. Dengan kata lain, Sains Modern Dengan Corak Positivisme tidak mampu mengungkap hukum yang berada di balik fenomena alam pada
tingkatan lebih kecil dari molekul. Disinilah batas Sains Modern Dengan Corak Positivisme.
C. Kelemahan Sains Modern
Sains modern pada awalnya
adalah hasil pemberontakan terhadap otoritas teologi atau dogma-dogma dan
ditambah kecenderungan rasio semata, sehungga perkembangannya hingga saat ini
berjalan dengan hanya dua aspek, yaitu teoretis dan efisiensi tanpa memikirkan
aspek keagamaan sebagai patron dari segi etika atau nilai-nilai keagamaan.
D.
Kelebihan Sains Modern
Dengan aspek teoreti,
perkembangan ilmu teori bisa berkembang pesat teknologi-taknologi yang bisa
kita rasakan sekarang ini, dan dengan aspek efisiensi, pengaplikasian
tekonologi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai aktivitas kehidupan
menjadi semakin praktis.
E.
Metode Ilmiah Sains Modern
Sains modern memiliki cara
tersendiri sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan yang benar, cara itu
disebut metode ilmiah. Metode ilmiah, tidak lain adalah cara menghubungkan
kejadian-kejadian secara sistematis. Unsur pertama berupa pengamatan, yang
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah, dan akan berakhir dengan
pengamatan pula. Oleh karena itu, permulaan dan akhir ini hanya merupakan
pembagian yang besifat nisbi.
Apabila kalangan rasionalis
mengutamakan akal dalam memperoleh pengetahuan, dan kaum empiris mengandalkan
pengalaman, maka seorang ilmuwan modern mengkompromikan penggunaan akal dan
pengalaman dengan suatu dugaan ilmiah yang disebut hipotesis. Bila didapatkan
suatu masalah (dari pengamatan), maka akan diajukan suatu penyelesaian
sementara yang dinamakan hipotesis. Dalam menemukan suatu hipotesa, kegiatan
akal bergerak keluar dari pengalaman, mencari suatu bentuk, untuk didalamnya
disusun fakta-fakta yang telah diketahui dalam suatu kerangka tertentu. Metode
penalaran ini, yang begerak dari suatu perangkat khusus, ke arah semua
pengamatan yang sama jenisnya, disebut induksi.
Karena hipotesis bersifat
sementara, maka ia memerlukan verifikasi. Bahan bukti untuk memverfikasi
hipotesis berasal dari dua arah: yang pertama, bahan keterangan harus cocok
dengan hipotesis, dan yang kedua, hipotesis harus meramalkan bahan keterangan
yang dapat diamati, yang memang demikian keadaannya. Proses pertama dinamakan
kalkulasi (diperoleh dengan pengetahuan statistik) dan proses yang kedua
dinamakan prediksi (dilakukan dengan deduksi).
Jika pengamtan-pengamatan
menunjukkan hasil sesuai dangan yang diramalkan hipotesis, maka hipotesis
tersebut mendapat dukungan. Sifat yang penting dari metode ini ialah, metode
ini memerlukan persyaratan sederhana yang berupa probabilitas, bukannya
kebenaran mutlak, karena pengamatan berikutnya mungkin sama sekali tidak sesuai
dengan hipotesis tersebut. Bila suatu hipotesis dikukuhkan kebenarannya oleh
contoh-contoh yang banyak jumlahnya, maka hipotesis tersebut dapat menjadi
hukum.
BAB III
PENUTUP
Perkembangan sains modern ditandai oleh kebangkitan kembali
sains dari dogma-dogma dan karena rasa selalu ingin tahu itu
dideskripsikan melalui mitos, namun seiring berjalannya waktu, kemampuan
analisa, abstraksi, dan logika manusia mengalami perkembangan secara
perlahan-lahan. Seorang intelektual tidak dapat terpuaskan dengan mitos, yang
menganggap air hujan adalah air mata dewa atau gempa bumi adalah langkah kaki
para dewa.
Dengan adanya sains modern
perkembangan ilmu teori bisa berkembang pesat teknologi-taknologi yang bisa
kita rasakan sekarang ini, dan dengan aspek serta pengaplikasian tekonologi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai aktivitas kehidupan menjadi
semakin praktis.
DAFTAR PUSTAKA
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme Dan Moderenitas,
Diskursus Folosofis Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Moderenitas,
Kanisius, Yogyakarta : 2003.
Herdono Darmadjo, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Penerbit:
Karunika Universitas Terbuka, Jakarta: 1986