Makalah Teori Self

Wednesday 5 October 2011
TEORI SELF
*AGUSTIANSYAH 

Terdapat sejumlah konsep-konsep dasar dalam literature psikologi yang selama bertahun-tahun mendukung teori self. Diantara begitu banyak teori self, kita dapat menemukan konsep-konsep yang dikemukakan oleh Snygg and Combs, Sarbin, Mead, dan Koffka.namun tidak ada diantara mereka yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan teori self sebagaimana yang dilakukan oleh Carl Rogers. Hampir memiliki kasus yang sama dengan Freud gagasan yang dikemukan oleh Carl Rogers memiliki pengaruh besar dalam bidang konseling. Meskipun pada waktu yang bersamaan juga telah memunculkan berbagai kontroversi. Pada bukunya Counseling and Psychotherapy tahun 1942. Rogers terlihat mempunyai keinginan yang demikian kuat untuk membangun individu dengan harapan setiap orang akan dapat terbebas dari rasa cemas sehingga dapat hidup nyaman ditengah masyarakat.

Struktur Kepribadian Pandangan dasar terhadap manusia
Manusia adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan menjadi individu yang positif dan konstruktif
Rogers membentuk teori kepribadian berdasarkan tiga komponen pokok yaitu : organisme, lapangan phenomenal dan self
a. Organisme
Istilah organisme menjelaskan individu secara totalitas, :organisme adalah sebuah sistem yang diorganisir secara total dimana apabila salah satu bagian sistem berubah maka akan mengakibatkan pula perubahan bagian yang lainnya”. (Rogers, 1951,p.487). Maka disini organisme menjelaskan bahwa seseorang itu tercermin dari cara berpikir, cara bertingkah laku dan wujud fisik. Menurut Rogers organisme bereaksi secara menyeluruh terhadap lapangan phenomenal dan reaksi tersebut merupakan upaya untuk kebutuhan dasar, aktualisasi diri, dan sebagai simbol reaksi terhadap pengalaman yang dihadapi.
b. Lapangan Phenomenal
Lapangan phenomenal adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami seseorang. Setiap individu dalam kehidupannya secara terus menerus mengalami perubahan pengalaman hidup dimana dia sendiri adalah pusat dari kejadian itu.
Lapanagn phenomenal , dimana individu selalu mengalami perubahan terus menerus meliputi kejadian-kejadian eksternal dan internal dari individu tersebut. Sebagian kejadian disadari (diterima secara sadar) dan sebagian lagi diterima secara tidak sadar. Namun yang terpenting untuk dicatat adalah apa yang dia terima (secara sadar atau tidak sadar) dari pengalaman yang dialaminya bukan kenyataan yang sebenarnya, karena bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap suatu kejadian itulah kenyataan.
c. Self
Menurut Rogers self berbeda dari lapangan phenomenal yang terdiri berbagai persepsi dan nilai-nilaiI” dan “me”. Menurut Rogers dalam konsep struktur kepribadian, self adalah pusat dari struktur. Self menggerakkan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Begitu dia berinteraksi akan menimbulkan dua kemungkinan, bisa berinteraksi baik dengan lingkungan atau malah mendistorsi nilai-nilai yang sudah dimiliki oleh orang lain. Maka disini self berupaya menjaga konsisten perilaku organisme dan perilaku dirinya sendiri. Pengalaman yang konsisten dengan konsep self dapat disebut berintegrasi, sedangkan yang tidak maka akan diterima sebagai ancaman atau kendala. Sentral menurut konsep self adalah segala sesuatu yang selalu berproses, bertumbuh dan berubah sebagai akibat dari interaksi berkesinambungan dengan lapangan phenomenal
Perkembangan Kepribadian
a. Organismic Valuing Process ( OVP)
Pengalaman yang diperoleh seorang bayi saat dia gagal memenuhi kebutuhannya akan memberikan pesepsi tentang nilai-nilai negatif sedangkan pengalaman dimana ia dapat memenuhi kebutuhannya akan memberikan nilai-nilai positif, proses mendapatkan nilai-nilai positif dan negatif itulah yang dinamakan OVP. Dalam OVP nilai-nilai tidak pernah bertahan tetap pada diri seseorang, karena nilai-nilai tersebut secara berkesinambungan akan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman yang tersimbolisasi secara akurat.
b. Positive Regard From Others (PRO)
Positive Regard From Others adalah kondisi dimana individu memulai menerima nilai-nilai dari orang lain dibandingkan dengan nilai-nilai yang ia miliki, inilah yang akhirnya membentuk evaluasi cara berfikirnya berdasarkan perilaku yang dinilai orang lain.
c. Self Regard (SRG)
orang lain tanpa memperdulikan nila-nilai itu memuaskannya atau tidak. Seorang mulai membangun penghargaan untuk dirinya sendiri berdasarkan persepsinya terhadap penghargaan yang ia terima dari orang lain. Seseorang mulai mengendalikan perilakunya baik atau buruk karena memperhatikan nilai-nilai yang dimiliki
d. Condition Of Worth (COW)
Individu memberikan nilai-nilai positif terhadap pengalaman yang tidak memuaskannya dan dia memberikan nilai-nilai negatif terhadap pengalaman yang memuaskan dirinya. Contoh nilai positif yang tidak menyenangkananak yang memukul teman akibatnya dia dimarahi guru, dia tidak senang dimarahi tapi dari peristiwa itu dia mendapatkan nilai-nilai positif bahwa tidak boleh memukul orang. Nilai negatif tapi menyenangkan misalseorang anak memeras kawannya dan dia puas tapi dia melihat kawannya menangis maka dia tahu kalau diperas itu menyakitkan”.
e. Kondisi-kondisi agar seseorang mengalami perkembangan normal
Kondisi-kondisi yang membentuk perkembangan kepribadian normal adalah individu secara terus menerus mengalami pengalaman positif berdasarkan penilaian dari orang lain. Misalnya ”jika seorang anak selalu merasa dicintai oleh lingkungannya walaupun lingkungan atau keluarganya itu tidak bisa menerima beberapa perilaku si anak tadi”. Jika individu terus menrus dievaluasi secara positif oleh lingkungannya maka individu ini akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat”.
Perkembangan Tingkah Laku Salah Suai
Salah suai terjadi apabila pengalaman organisme dan self tidak sejalan. Contoh ” ketika pengalaman yang terjadi tidak cocok dengan nilai-nilai yang semestinya terjadi”.
Ibunya mengajari anak-anak tidak boleh bohong, tapi ketika ada seseorang mencari ibunya, anak tadi disuruh untuk mengatakan bahwa ibunya tidak ada dirumah. Seorang anak laki-laki yang punya saudara empat orang yang semuanya perempuan. Sehingga dirumah itu dididik ala perempuan termasuk mainan maka si anak laki-laki tadi akan melakukan tindakan salah suai.
Karakteristik Pribadi Salah Suai
a. Estrangement (keterasingan)
Rogers berpendapat bahwa keterasingan adalah individu yang dalam perkembangannya mendapat nilai-nilai tertentu yang tidak dapat membenarkan dirinya sendiri. Seorang anak yang melakukan banyak hal yang dapat memuaskan dirinya tapi dapat menyebabkan orang lain memberikan respon negatif kepadanya. Seorang anak membuat keributan saat orang tuanya meminta dia untuk diam atau dia akan bermain dengan benda-benda yang seharusnya tidak boleh ia sentuh.
b. Incongruity (Ketidaksesuaian tingkah laku)
Perilaku yang dianut individu berdasarkan dengan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan self konsep tetapi justru sejalan dengan pengalaman yang bertentangan dengan struktur kepribadian. Ketidak sesuian tingkah laku sebagai akibat dari perkembangan keadaan dan ketidak sesuaian antara konsep diri dan pengalaman maka timbulah ketidaksesuaian tingkah laku karena ketidak mampuan menilai diri sendiri secara positif, kecuali nilai-nilai yang dipaksakan. Hal ini sering menimbulkan kecemasan terhadap individu tersebut.
c. Anxiety (Kecemasan)
Kecemasan muncul sebagai reaksi terhadap penolakan, merasa terancam, takut disakiti yang akhirmya memicu bagaimana ia melakukan pembelaan terhadap dirinya.
d. Defense Mechanisms ( Mekanisme pertahanan)
Mekanisme pertahanan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempertahankan supaya persepsinya terhadap pengalaman yang terjadi tetap konsisten dengan struktur self. Contoh : Seorang wanita yang menggunakan rasio berpikir untuk menilai apa yang telah ia lakukan.
e. Maladaptive Behavior (Tingkah laku yang salah suai)
Perilaku menyimpang biasanya menggiring individu berada pada tingkat ketegangan atau kecemasan, perilaku ini cenderung kaku (tidak fleksibel) karena adanya kerancuan persepsi dirinya terhadap pengalaman yang sudah ia alami sendiri. Dampaknya individu tersebut tidak mampu menjadi pribadi yang fleksibel, tidak bisa berbaur dengan lingkungan dan irasional.
Tujuan Konseling
a. Tujuan konseling ditentukan oleh klien.
b. membantu klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self actualization sehingga ia dapat melakukan aktualisasi diri dengan menghilangkan seluruh hambatan-hambatan bagi kemajuan dirinya.
c. Membebaskan klien dari kungkungan tingkah laku yang dipelajarinya selama ini yang membuatnya dirinya palsu dan terganggu dalam self actualization.
Proses Konseling
a. Kondisi-kondisi penting dalam proses konseling
o Kontak psikologis dengan klien
o Meminimalisasikan tingkat kecemasan klien
o Konselor harus tampil apa adanya
o Konselor memberikan penghargaan yang tulus
o Konselor harus empati dan mengerti keadaan klien
o Konselor mampu merubah persepsi klien
b. Proses konseling
o Dalam proses konseling konselor harus berupaya agar klien bebas mengekspresikan perasaannya.
o Klaien merasa nyaman berada bersama konselor karena konselor tidak pernah merespon negatif
o Klien didorong sebanyak mungkin menggunakan kata ganti saya
o Klien didorong untuk melihat pengalaman-pengalamannya dari sudut yang realistik
o Klien didorong untuk kembali menjadi dirinya sendiri.
c. Penerapan proses konseling
o Penghargaan bagi individu
o Sifat hubungan dalam konseling, tanggung jawab dalam hubungan konseling diletakkan pada klien bukan pada konselor
o Batas waktu konseling. Waktu perlu dibatasi, hal ini disampaikan kepada klien
o Fokus kegiatan konseling adalah terhadap individu klien bukan terhadap masalah
o Menekankan asas kekinian (disini dan sekarang)
o Konselor tidak perlu mendiagnosis, klienlah yang mendiagnosis dirinya sendiri
o Lebih menekankan aspek-aspek emosional dari pada intelektual
o Konselor tidak perlu memberikan berbagai informasi kepada klien
o Tes dipergunakan dengan amat sangat terbatas.
Perkembangan Terbaru Teori Self
· Hasil satudi aktual terhadap proses konseling yang dilakukan Rogers dan Dymond (1954) dan Raskin (1949), menunjukkan bahwa kemajuan dalam proses konseling mengalami penurunan jika adanya sifat defensif (perlawanan dari klien). Adanya peningkatan kecocokan antara self dan pengalaman akan menunjukkan tendensi bahwa klien akan menjadi pusat evaluasi
· Individu yang sudah pernah menjalani konseling yang berpusat pada klien, akan memiliki perbaikan dan peningkatan diri
· Individu yang dapat berkomunikasi dengan hangat, bersikap apa adanya serta memiliki empati yang tinggi akan lebih efektif dalam membantu orang lain.
Kesimpulan
Rogers membentuk teori kepribadian itu berdasarkan tiga komponen pokok yaitu : Organisme, lapangan phenomenal, dan self. Jika tidak sinkronisasi ketiga komponen tersebut maka pada diri individu terjadi tingkah laku salah suai
Referensi :
James C. Hansen, Richard R Stevic dan Richard W. Warner, Jr. 1977. Counseling Theory and Process. Allyn and Bacon, Inc: Boston